Selasa, 19 Oktober 2010

Lelaki (bukan) Buaya Darat

Entah hanya karena dianggap cukup unik atau apa, belakangan ini grup musik duo Ratu mempopulerkan lagu terbaru mereka yang berjudul Lelaki Buaya Darat. Di kostan, di perempatan, di angkot, di jalanan, dimana-mana lagu ini sering sekali saya dengar. Bahkan di berbagai radio yang saya dengar, tidak kalah dengan hit TTM, lagu ini begitu rajin nongkrong di puncak tangga lagu. Jadi mau tidak mau akhirnya lagu ini bersemayam juga dalam otak saya. Orang Jawa bilang, witing tresna jalaran saka kulina. Lama-lama akhirnya saya menyukai juga lagu ini, hapal liriknya bahkan. Sehingga seringkali begitu mendengar lagu ini saya ikutan bernyanyi.

Walau tanpa desahan ah..ah..ah..spesial ala Ratu, lagu ini memang cukup ringan, enak didengar dan liriknya gampang dihapal. Sehingga jadilah lagu ini menjadi original soundtrack mandi pagi saya. Lelaki buaya darat, tertipu aku…. Busyet, setelah berapa lama baru saya nyadar. Saya lelaki, lah ngapain saya menyanyikan lagu yang menghina kaum sendiri. Toh, sampai seumuran sekarang saya tidak pernah dikecewakan laki-laki dalam masalah percintaan. Bukan karena saya memiliki hubungan yang baik, tapi nyata-nyata sampai sekarang saya tidak berminat sedikitpun untuk menjalin hubungan dengan lelaki. =)

Tiba-tiba saja saya begitu penasarannya dengan ini lagu.

Kenapa laki-laki? Dan kenapa buaya darat?

Memang dalam kehidupan sehari-hari cukup banyak terjadi seorang perempuan yang dikecewakan oleh pacarnya (yang dalam kasus ini kita asumsikan adalah laki-laki semua) dikarenakan sang pacar hanya mempermainkannya, atau ternyata sang pacar mendua, mentiga, mengempatkannya. Tapi toh tidak sedikit pula laki-laki yang menjadi korban si perempuan. Lagi pula seperti yang dilantunkan oleh Caca Handika dalam lagunya “tidak semua laki-laki,bersalah padamu.”

Dalam dongeng si kancil yang sering saya denger waktu kecil, seringkali diceritakan bahwa buaya adalah binatang penipu. Berlagak pura-pura mati namun ketika musuh mendekat maka dengan sigap akan dimakannya. Bukankah ini perilaku wajar dalam dunia perbinatangan. Jadi apa hubungannya antara laki-laki dengan buaya darat? Belum pernah saya mendengar dongeng yang menceritakan bahwa si buaya jantan adalah playboy dan suka menipu buaya perempuan dalam masalah percintan. Lagipula, menurut sang kancil buaya yang sering ia temui adalah berjenis kelamin perempuan, dan biasa dipanggil bu Aya. =p

Jadi sudah jelas sebutan lelaki buaya darat adalah sebuah kesalahan. Selain menyinggung harkat dan martabat laki-laki, juga telah melukai perasaan bu Aya. Karena walaupun bulan kemaren kita baru saja merayakan hari Kartini, dan sekarang jamannya emansipasi perempuan, dimana ada kesetaraan hak, posisi, kesempatan dll antara laki-laki dan perempuan, namun bukan berarti perempuan bisa dengan seenaknya merendahkan martabat laki-laki, apalagi dijadikan sebuah lagu dan ditampilkan diseluruh media elektronik di negara tercinta ini.

Lihat akibatnya sekarang, hampir semua orang dengan begitu mudahnya melafazkan lagu ini. Dan astaga-nya, sekumpulan anak-anak perempuan usia 6-10 tahun dekat gang kostan saya ternyata juga begitu menyukai lagu ini. Entah berapa kali saya mendengar mereka menyanyikan lagu lelaki buaya darat. Benar-benar tidak bisa dibiarkan, masa dari kecil mereka seakan telah didoktrin bahwa lelaki buaya darat. Ini jelas-jelas pencemaran nama baik.

Tapi sepertinya saya tidak akan bisa berbuat apa-apa. Kalau awalnya saya berpikir ini adalah sebuah bentuk propaganda invasi kaum perempuan, ternyata ada lelaki juga yang melakukannya. Pagi tadi saya melihat sebuah tayangan video clip dari Band Jamrud yang membawakan lagu dengan judul Pria Biadab…..

Entah para personel Jamrud pernah dikecewakan oleh Lelaki juga atau apa. =)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar